BUDAYA ORGANISASI

| |
BUDAYA ORGANISASI

PENDAHULUAN



Budaya adalah satu set nilai, penuntun, kepercayaan, pengertian, norma, falsafah, etika, dan cara berpikir. Budaya yang ada di suatu lingkungan, sangat besar pengaruhnya terhadap pembentukan pribadi yang berada di dalam lingkungan tersebut.

Setiap lingkungan tempat tinggal memiliki budaya yang dibuat oleh nenek moyang dan diturunkan secara turun temurun dari generasi ke generasi untuk dianut dan dilestarikan bersama. Perusahaan adalah sebuah lembaga yang terdiri dari banyak karyawan yang merupakan individu yang berasal dari latar belakang yang berbeda, yaitu lingkungan, agama, pendidikan, dan lain-lain. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa perusahaan terdiri dari individu dengan kultur bawaan yang berbeda-beda.

Globalisasi ekonomi dan kedatangan era perubahan dalam menghadapi perdagangan bebas merupakan tantangan serius bagi para eksekutif dalam mengelola organisasi. Dalam menghadapi perubahan harus diperlukan kehati-hatian untuk dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan dan sekaligus menjaga kelangsungan organisasi agar mampu bertahan hidup.

Oleh karena itu diharapkan perusahaan yang ada di dalam negeri dapat mempersiapkan diri untuk membina organisasinya, terutama sumber daya manusia dan sistem, untuk mampu menghadapi kedatangan pesaingnya, baik dalam industri sejenis lokal maupun industri yang bertaraf internasional.

Menurut Moeljono (2003) mengatakan bahwa budaya organisasi adalah sistem nilai-nilai yang diyakini oleh semua anggota organisasi dan yang dipelajari, diterapkan serta dikembangkan secara berkesinambungan, berfungsi sebagai sistem perekat dan dijadikan acuan perilaku dalam organisasi untuk mencapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan.

Budaya organisasi yang kuat memberikan para karyawan suatu pemahaman yang jelas dari tugas-tugas yang diberikan oleh organisasi, mempunyai pengaruh yang besar terhadap perilaku anggota-anggotanya, karena tingginya tingkat kebersamaan. Budaya organisasi juga bisa memberikan kesetiaan dan komitmen bersama. Apabila karyawan diberikan pemahaman tentang budaya organisasi, maka setiap karyawan akan termotivasi dan semangat kerja untuk melakukan setiap tugas-tugas yang diberikan oleh perusahaan. Hal ini salah satu kunci untuk memperoleh prestasi kerja yang optimal, sehingga produktivitas meningkat untuk mencapi tujuan organisasi dan kinerja karyawan.

Dengan adanya budaya organisasi yang kuat dan sehat di setiap perusahaan akan berdampak positif di perusahaan tersebut yang dapat difungsikan sebagai tuntutan yang mengikat para karyawan karena diformulasikan secara formal ke dalam berbagai peraturan dan ketentuan perusahaan, serta dapat eksis dalam kelangsungan hidup perusahaan.

Dalam hal membahas tentang organisasi dan perilaku orang-orang di dalamnya memperhatikan berbagai macam masalah, terutama masalah prestasi kerja. Jika karyawan tidak melakukan pekerjaannya, maka organisasi tersebut pada akhirnya akan mengalami kegagalan. Maka dari itu, budaya organisasi/perusahaan sangat penting bagi pembentukan perilaku karyawan dalam meningkatkan kinerja.











BAB II

PEMBAHASAN



Kita menyadari bahwa budaya organisasi sangat penting bagi pembentukan perilaku kerja baik oleh pimpinan maupun bawahan, sehingga tercipta budaya kerja yang saling berkesinambungan.

Seperti kita tahu, budaya organisasi dipengaruhi oleh lingkungan tempatnya berada, karena organisasi adalah sebuah sistem yang terbuka, yang selalu beradaptasi dengan lingkungan agar dapat meraih tujuannya. Lingkungan ini dapat berupa lingkungan sosial, politik, alam dan berbagai variable lingkungan lainnya. Secara lebih spesifik, budaya organisasi juga berbeda di setiap organisasi, tergantung visi, misi, dan strategi organisasi dalam upaya mencapai tujuannya.

Terdapat enam sumber utama yang sangat mempengaruhi budaya organisasi:

1. Budaya masyarakat atau budaya nasional dimana organisasi berada secara fisik
2. Visi, gaya, manajerial dan kepribadian para pendiri organisasi atau para pemimpin yang dominan
3. Macam bisnis yang digeluti dan nature of business environment
4. Struktur organisasi
5. Perilaku pelanggan akan berpengaruh terhadap perilaku organisasi
6. Tradisi warisan organisasi yang tercermin dalam nilai maupun artefak.

Berbagai sumber budaya organisasi ini menjadikan budaya setiap organisasi bersifat spesifik dan unik. Selain itu, budaya organisasi juga bersifat relatif dan tidak ada budaya yang baik atau buruk, tetapi yang ada adalah budaya itu sesuai atau tidak. AR Adnan mengatakan bahwa pembangunan budaya perusahaan tidak mungkin dimulai dari karyawan bawah. Budaya perusahaan hanya akan berjalan efektif bila dimulai dari level pimpinan dan manajer.



II.1. Perekat Budaya Organisasi

Terbentuknya sikap saling percaya bahwa kepercayaan yang diberikan oleh pimpinan kepada bawahan akan memberikan daya rekat (social glue), tetapi ada beberapa karyawan yang tidak bisa mengemban amanah kepercayaan tersebut. Beberapa datang tidak tepat waktu, karena mereka beranggapan bahwa pimpinan mereka kurang layak menjadi pemimpin, misalnya dalam hal memimpin jalannya rapat. Selain itu, keakraban disamping kepercayaan yang diberikan pimpinan kepada bawahan juga diperlukan karena merupakan hal yang menonjol. Kejujuran dan tanggung jawab dari masing-masing pribadi juga sangat menentukan terjalinnya budaya organisasi yang baik. Budaya organisasi menawarkan suatu sistem bersama mengenai arti dimana menjadi dasar untuk komunikasi dan pemahaman bersama.



II.2. Pembentukan Budaya Organisasi

Budaya organisasi adalah satu wujud anggapan yang dimiliki, diterima secara implisit oleh kelompok dan bagaimana kelompok tersebut rasakan, pikirkan dan bereaksi terhadap lingkungannya yang beraneka ragam (EH Schein,1996:236). Pada tingkat yang lebih jelas, budaya diwakili benda-benda khusus, yang terdiri dari perwujudan fisik dari budaya organisasi. Proses pembangunan budaya organisasi perlu didukung secara internal dan eksternal apalagi masih berkaitan dengan etos kerja perusahaan.





Empat konsep corporate culture:

a) Norma, aturan, nilai-nilai, etos kerja

b) Seremoni, ritual, simbol, arsitektur, dekorasi

c) Protocol, prosedur, birokrasi, tata tertib, lapangan parkir khusus

d) Pendiri, pahlawan, pemimpin, manajer

Pembentukan budaya organisasi terjadi ketika anggota organisasi belajar menghadapi masalah, baik masalah-masalah yang menyangkut perubahan eksternal maupun masalah internal yang menyangkut keutuhan organisasi. Pembentukan budaya organisasi diawali oleh para pendiri (founder) melalui beberapa tahapan:

1)Seseorang mempunyai gagasan untuk mendirikan sebuah organisasi atau perusahaan.

2)Ia menggali dan mengerahkan sumber-sumber, baik orang yang paham atau setujuan dengan pendiri tersebut, menyangkut SDM, biaya, teknologi dsb.



II.3. Dasar dan Fungsi Budaya Organisasi

Nilai-nilai dan keyakinan organisasi merupakan dasar budaya organisasi. Keduanya juga memainkan peranan penting dalam mempengaruhi etika berperilaku. Nilai memiliki beberapa komponen kunci, diantaranya berupa konsep kepercayaan, mengenai perilaku yang dikehendaki serta pedoman menyeleksi dan mengevaluasi kejadian dan perilaku. Nilai-nilai dalam organisasi menyangkut:

- Nilai pendukung (espaused values) menunjukkan nilai-nilai yang dinyatakan secara eksplisit yang dipilih oleh organisasi. Umumnya mereka dibentuk oleh pendiri perusahaan baru atau kecil dan oleh tim top management dalam sebuah perusahaan yang lebih besar.

- Nilai-nilai yang diperankan (enacted values) merupakan nilai dan norma yang sebenarnya ditunjukan atau dimasukkan kedalam perilaku karyawan.

Bila karyawan menunjukkan integritas dengan menjalankan komitmennya, nilai pendukung dan nilai yang diperankan dan perilaku individual dipengaruhi oleh nilai integritas. Sebaliknya, bila para karyawan tidak menjalankan komitmennya maka nilai integritas hanya merupakan aspirasi yang tidak mempengaruhi perilaku.

Fungsi budaya organisasi mencakup:

a) Memberikan identitas organisasi kepada para karyawannya

b) Memudahkan komitmen kolektif

c) Mempromosikan stabilitas sistem sosial. Stabilitas sistem sosial mencerminkan taraf dimana lingkungan kerja dirasakan positif dan mendukung, dan konflik serta perubahan diatur dengan efektif.

d) Membentuk perilaku dengan membantu manajer merasakan keberadaannya. Fungsi budaya ini membantu para karyawan memahami mengapa organisasi melakukan apa yang seharusnya dilakukan dan bagaimana perusahaan bermaksud mencapai tujuan jangka panjang.



II.4. Meningkatkan Kinerja Finansial Organisasi

Budaya organisasi dapat kuat atau lemah tergantung pada variabel-variabel seperti keterpaduan, konsensus nilai, dan komitmen individual terhadap tujuan bersama. Tiga perspektif telah diusulkan untuk menjelaskan tipe budaya yang meningkatkan prestasi ekonomis organisasi, yaitu:

a) Perspektif kekuatan, memprediksikan hubungan signifikan antara kekuatan budaya organisasi dan prestasi financial jangka panjang. Gagasannya adalah bahwa budaya yang kuat menciptakan kesamaan tujuan, motivasi karyawan dan struktur pengendalian yang dibutuhkan untuk meningkatkan prestasi organisasi. Kritik terhadap prestasi ini bahwa perusahaan dengan budaya yang kuat dapat menjadi arogan, terlalu terfokus dalam hati dan birokratis setelah mereka meraih sukses financial, karena sukses financial mendorong budaya yang kuat.

b) Perspektif kesesuaian, berdasar pada premis bahwa budaya organisasi harus sejajar dengan konteks strategis atau bisnis.

c) Perspektif adaptasi, mengasumsi bahwa budaya yang paling efektif membantu budaya organisasi mengantisipasi dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan.



II.5. Bagaimana Budaya Ditanamkan dalam Organisasi

Edgar Schein, sarjana Perilaku Organisasi yang terkenal, mencatat bahwa menanamkan sebuah budaya melibatkan proses belajar. Karenanya, para anggota organisasi mengajarkan satu sama lain mengenai nilai, keyakinan, dan perilaku yang dipilih organisasi, yang menggunakan mekanisme berikut:

a) Pernyataan filosofi normal, misi, visi, nilai dan material organisasi yang digunakan untuk rekruitment, seleksi dan sosialisasi.

b) Desain secara ruangan fisik, lingkungan kerja dan bangunan

c) Slogan, bahasa, akronim dan perkataan

d) Pembentukan peranan secara hati-hati, program pelatihan, pengajaran dan pelatihan oleh para manajer dan supervisor

e) Penghargaan eksplisit, simbol status (gelar), kriteria promosi

f) Aktivitas, proses, atau hasil organisasi yang juga diperhatikan, diukur dan dikendalikan pimpinan

g) Reaksi pimpinan terhadap reaksi insiden yang kritis dan krisis organisasi

h) Struktur organisasi dan aliran kerja

i) Sistem dan prosedur organisasi

j) Tujuan organisasi dan kriteria gabungan yang digunakan untuk rekruitment, seleksi, pengembangan, promosi, pemberhentian dan pengunduran diri karyawan.



II.6. Melestarikan Budaya Organisasi

Untuk melestarikan budaya organisasi dapat dilakukan dengan cara:

1. Proses seleksi, memperhitungkan kecocokan dengan organisasi :

- Mencari orang-orang yang mempunyai budaya yang cocok dengan organisasi (dalam arti kepribadiaanya, melalui tes wawancara);

- Mencari orang-orang yang baru sama sekali untuk mendoktrinasi pegawai.

2. Manajemen puncak, memperhatikan perilaku manajemen dan keteladanan;

3. Sosialisasi, proses penyesuaian diri terutama bagi pegawai baru;

4. Ritual khusus yang sering dilakukan perusahaan;

5. Simbol material, kendaraan yang digunakan pimpinan, penataan fisik, ruang dan gedung, dan cara berpakaian.









BAB III

PENUTUP



III.1. Kesimpulan

Dengan kekuatan budaya organisasi yang dibangun dan mengakar akan mampu mendorong setiap individu yang terlibat di dalamnya secara sadar diri mematuhi dan manjalankan seluruh kebijakan yang ditetapkan oleh manajemen berlandaskan nilai-nilai dasar yang telah disepakati. Ini menunjukan bahwa budaya organisasi berhubungan secara signifikan dengan sikap dan perilaku karyawan, komitmen organisasi, kepuasan kerja, pergantian karyawan. Selain itu, terbukti bahwa prestasi finansial yang lebih tinggi dicapai oleh perusahaan yang memiliki budaya yang fleksibel.



III.2. Saran

Beberapa saran yang perlu diperhatikan antara lain:

a) Setiap perusahaan memang hendaknya memiliki budaya organisasi untuk menunjukan ciri khas dari perusahaan itu sendiri yang membedakannya dari perusahaan lain, selain itu juga digunakan untuk meningkatkan produktivitas karyawan.

b) Apabila suatu perusahaan mengalami suatu masalah, maka hendaknya permasalahan diselesaikan sesuai dengan budaya organisasi dari perusahaan itu sendiri, sehingga tidak menyimpang dari nilai-nilai yang dianut oleh perusahaan.





DAFTAR PUSTAKA



Kreitner, Robert dkk. 2005. Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba Empat.

0 komentar: